Minggu, 04 Oktober 2015

TUNGGAKAN GAJI PEMAIN PERSIJA PASCA DISANKSI FIFA

Mati surinya kompetisi Liga Indonesia (LI) praktis menghancur leburkan rancangan bisnis yang digagas manajemen Persija Jakarta. Alhasil, situasi buruk ini membuat pengurus klub belum mampu melunasi hak tim. Masalahnya, mereka masih menunggak gaji pelatih dan pemain musim lalu dan upah kerja di turnamen Piala Presiden 2015. “(Gaji) Belum ada yang dibayar lagi. Setelah permulaan kita ikut Piala Presiden baru dibayar 25 persen. Itu baru satu bulan dibayar. Jadi masih ada satu bulan lagi,” kata asisten pelatih Macan Kemayoran, Satia Bagdja Ijatna, Kamis (1/10) kemarin. Awalnya sisa pelunasan uang balas jasa mengenai kontrak Piala Presiden itu terjadi sebulan setelah ikut turnamen yang dibuat oleh Mahaka Sports and Entertainment. Pembayarannya jatuh pada tanggal 18 karena anak didik Rahmad Darmawan mulai latihan Selasa (18/8). Artinya pembayaran akan dilakukan pada tanggal yang sama di bulan selanjutnya, namun pada (18/9) hal demikian malah tidak terjadi. “(Gaji) Yang musim lalu juga belum semuanya dibayar. Waktu kita mau ke Piala Presiden cicilannya sudah dibayar satu kali yang mestinya dibayar empat kali,” tutur mantan asisiten juru latih tim nasional (Timnas) Indonesia itu. Tercatat, tunggakan upah kerja musim lalu itu terjadi dari Januari hingga April 2015 pada Qatar National Bank (QNB) League. Sebelumnya, bos besar tim ibu kota Ferry Paulus juga menjelaskan bahwa per bulannya pelatih dan pemain akan dibayar sebanyak 25 persen. Sehingga perhitungannya nilai kontrak dibagi dua belas lalu dikali 25 persen. “(Tunggakan gaji pelatih dan pemain musim lalu) Ya kira-kira kurang lebihnya segitu (masih tiga bulan lagi),” terang lulusan S2 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut. Terlepas dari persoalan gaji, Satia Bagdja lagi-lagi menyampaikan belum ada kabar sama sekali terkait perkembangan tim. Bahkan rencana pemanggilan pemain pun juga tidak jelas kabar beritanya. Makanya dalam beberapa bulan ke depan ini klub berlambang Monas itu dalam kategori menganggur terhadap aktivitas latihan dan pertandingan. “Ya kita tidak tahu. Kan pada saat selesai dari Piala Presiden kita tidak masuk dibilang dibubarkan. Ya sudah, mau bagaimana lagi,” penggambaran bekas asisten tim PON DKI Jaya

LEGENDA PERSIJA SIAP MELATIH PSM MAKASSAR

Legenda Persija Jakarta Luciano Leandro bakal kembali ke Indonesia. Namun, kali ini ia bakal melanjutkan karier sebagai pelatih untuk menangani PSM Makassar. "Saya sudah berkomunikasi dengan Sumirlan (Dirtek PSM). Dia juga meminta saya untuk menyiapkan program tim dan kemungkinan merekrut pemain asing yang akan dipakai PSM musim depan," ujar Luciano. Kualitas Luciano sebagai pemain tidak perlu diragukan lagi. Kepiawaiannya mengatur alur serangan kerap menjadi momok menakutkan tim lawan kala masih aktif bermain. Trofi juara Liga Indonesia sudah dicicipi kala membela Macan Kemayoran di tahun 2001. Kendati demikian,pengalamannya sebagai pelatih belum mentereng. Lucy, begitu ia akrab disapa, pernah membesut PSMS Medan pada November 2008. Namun, kiprahnya berakhir dalam waktu singkat setelah manajemen memecatnya pada Februari 2009. Di tahun 2011, pria yang identik dengan rambut gondrong itu sempat mendampingi Sartono Anwar sebagai asisten pelatih Persibo Bojonegoro yang tampil di Liga Premier Indonesia (LPI). Ia pun sempat melamar sebagai pelatih Persija LPI. Namun, niat tersebut akhirnya diurungkan setelah mengetahui soal dualisme klub ibu kota akibat konflik PSSI yang menyebabkan ada dua kompetisi kasta tertinggi yang berbeda pesertanya. Lucy, yang pernah membela PSM Ujung Pandang (kini, PSM Makassar-red) tak pernah putus asa untuk melanjutkan karier kepelatihannya di Indonesia kendati sepak bola nasional kerap bermasalah. Pemain asal Brasil itu tetap berambisi menangani PSM meski jadwal kompetisi LSI belum ada titik terang. "Saya dalam posisi menunggu konfirmasi dari manajemen PSM. Yang penting, saya siap datang ke Makassar," ujarnya.

Sabtu, 03 Oktober 2015

ASSISTEN PELATIH PERSIJA MULAI MELARAT

Kevakuman yang berkepanjangan membuat kehidupan para pelatih dan pemain Persija Jakarta semakin sulit. Soalnya mereka tidak mendapatkan pemasukan dari pihak klub. Sedangkan manajemen Macan Kemayoran tidak bisa meraup untung dari hancur leburnya Liga Indonesia (LI). "Ya, saya tidak tahu bagaimana pemain mendapatkan pemasukan. Tidak usah pemain, yang lainnya (pelatih dan ofisial tim) juga susah," kata Asisten Pelatih Persija Satia Bagdja Ijatna kemarin. Meski telah kehilangan profesi sebagai anggota di PT Persija Jaya Jakarta, Satia Bagdja masih memiliki pekerjaan lain sebagai dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Kemudian pelatih kepala Rahmad Darmawan aktif di Tim Persatuan Sepak Bola Angkatan Laut (PSAL) menjadi penasehat teknik. Namun, nasib asisten pelatih dan pemain lain juga ada yang tidak seberuntung mereka. "Memang susah situasinya kaya gitu. Kalau yang mempunyai bisnis-bisnis, ya masih bisalah atur nafas," gambaran mantan asisten pelatih Sriwijaya FC tersebut. Artinya pelatih dan pemain tim oranye berharap besar untuk digulirkan lagi Indonesia Super League (ISL) musim depan. Caranya, pemerintah bersikap legowo untuk memberikan izin pertandingan. Sebab, kompetisi ataupun turnamen tetap harus dilaksanakan karena ini menyangkut perut banyak orang.

AMARZUKI INGIN HENGKANG DARI PERSIJA

Untuk pindah ke klub lain memang diketahui tidak mudah dilakukan. Sebab, dibutuhkan proses lama karena harus memiliki relasi yang banyak. Terlebih faktor trek record dan usia juga sangat menentukan pemain itu diambil atau tidaknya oleh klub lain. Cara paling ampuh yang masih bisa dilakukan pemain agar cepat direkrut klub lain ialah bergabung dengan perusahaan agen pemasaran. Soalnya sudah banyak pemain yang dengan mudah berganti-ganti klub karena peran agen. Tapi, bagi gelandang Persija Ahmad Marzuki keinginan untuk pindah ke kompetisi luar tak ingin diurus oleh agen pemasaran. Pasalnya ia lebih suka kalau proses kepindahannya ini dilakukan secara pribadi. "Ikut agen biar main di luar, aduh saya sudah terbiasa sendiri ya mungkin," imbuh mantan algojo Persitara Jakarta Utara itu. Sikap ini jelas sesuatu yang riskan. Sebab, sejumlah pemain Indonesia yang bergabung dengan klub asing karena difasilitasi oleh agen pemain, termasuk Adam Alis Setyano yang kini bersergam East Riffa. "Kalau menurut saya, ya mungkin rezeki dia memang ada di situ. Saya turut bangga. Baguslah pemain Indonesia ada bermain di luar negeri," kandas pemilik nomor punggung 21 tersebut.

GUNTUR TRIAJI MENCARI PELUANG DI LUAR PERSIJA

Mantan pemain Persija Jakarta yang cemerlang bersama PSMS Medan, Guntur Triaji, kembali ke ibu kota. Kedatangannya kali ini bukan untuk kembali ke skuad Macan Kemayoran, melainkan membela tim sepak bola Pra PON DKI. Meraih juara bersama PSMS Medan di ajang Piala Kemerdekaan menjadi pengalaman terbaik Guntur yang sedang merintis karier sepak bola profesional. Apalagi, ia termasuk salah satu pilar penentu di tim berjulukan Ayam Kinantan itu. Kesempatan bermain yang lebih banyak di klub asal Medan itu membuat Guntur memilih untuk memperpanjang ikatan kerjanya. Ia belum mau kembali ke Tim Jingga jika belum mendapatkan jaminan jam terbang lebih banyak. "Sebetulnya saya masih ingin membela Persija sebagai tim besar ibu kota. Tapi, sekarang kejar pengalaman dulu di luar untuk mendapatkan jam terbang lebih banyak. Itu hal yang masih sulit saya dapatkan di Persija," kata Guntur. Guntur sempat dilirik pelatih Persija musim 2013-2014 Benny Dolo lantaran cemerlang bersama Persija U21. Namun, ketatnya persaingan di lini tengah memaksa pemain kelahiran Lampung itu dipinjamkan ke klub Divisi Utama, Vila 2000. Kesempatan bermain di tim utama PSMS tidak mau disia-siakan Guntur. Ia yakin, mental dan kualitasnya makin terasah jika konsisten tampil secara reguler. "Mungkin belum saatnya bemain di Persija. Sekarang saya lebih mempertimbangkan kesempatan bermain reguler ketimbang hanya duduk ma
nis di bangku cadangan," ujar Guntur yang pernah mewakili pemain Indonesia di Nike Change London 2011 itu.

GUNAWAN DWI CAHYO SIAP HENGKANG DARI PERSIJA

Defender Gunawan Dwi Cahyo sudah terang-terangan mengancam tidak bersedia menjalani program pemusatan latihan Persija Jakarta sebelum gaji dan kontrak kerjanya jelas. Bisa jadi musim ini adalah masa-masa terakhirnya membela Macan Kemayoran. Apalagi mantan tim nasional (Timnas) Indonesia itu tidak mendapat keadilan sesuai ketentuan yang berlaku. “Kalau buat saya bukan soal kehilangan pemain. Saya lebih senang pemain mendapatkan masa depan yang jelas, di mana pun dia bekerja. Saya tidak pernah bahasa Jawa-nya ngegandoli,” kata pelatih kepala Rahmad Darmawan kemarin. Memang selama menjadi juru latih di tim ibu kota, coach Rahmad sudah banyak kehilangan penggawa handalnya. Lantaran tidak profesionalnya manajemen menggerakkan roda organisasi. Gladiator yang sudah hijrah diantaranya Rohit Chand, Martin Vunk, Adam Alis Setyano, Alfin Ismail Tuasalamony, Stefano Lilipaly, Yevgeny Kabayev dan Gregory Junior Nwokolo. “Contoh, kemarin begitu Greg ambil sikap dia mau ke Bangkok karena masa depannya lebih jelas, saya persilahkan. Walaupun saya sangat membutuhkan Greg, atau saya sangat butuh si Rohit Chand atau pemain yang lain,” papar pelatih yang sudah menjuarai Liga Indonesia (LI) dan SEA Games 2011 dan 2013. Artinya kalau melihat tanggapan coach Rahmad, bermain di Persija malah tidak mempunyai masa depan terang benderang meskipun salah satu klub besar yang konon katanya profesional. Tapi banyaknya permasalahan di internal, mencitrakan tim yang dipimpin Ferry Paulus tersebut memang termasuk kategori klub buruk. Apalagi kurang lebih sudah 14 tahun mereka tidak bisa menjuarai LI. “Mereka mendapatkan masa depan yang lebih pasti buat saya ya kita harus mensuport pemain. Pelatih itu kan tidak boleh mengikat diri kepada seorang pemain. Dia harus juga bisa memberikan pengetahuan atau edukasi sama pemain untuk pintar memilih,” urai mantan arsitek Persipura Jayapura. Terlepas dari keikhlasan sang Allenatore tersebut, fans dari The Jakmania tentu kecewa andai Gunawan hengkang ke klub lain. Apalagi di turnamen Piala Presiden 2015 bekas penggawa Siriwijaya FC itu merupakan satu-satunya pemain yang bisa melesakkan satu gol ke gawang Persita Tangerang. Bahkan kinerja di lini bertahan pun terbilanh cukup baik kala menghadang para lawan. “Silahkan saja saya butuh mereka, tapi saya tidak bisa memaksakan kehendak saya. Karena saya tidak bisa nge-gaji pemain juga kok,” tutup pesepak bola yang sudah melatih tujuh klub LI.

MARWAL ISKANDAR SARANKAN PERSIJA MEMAKAI PEMAIN MUDA

Mantan pemain Persija Jakarta Marwal Iskandar menyarankan tim ibu kot mulai memprioritaskan talenta muda. Ini dimaksudkan untuk mengakali krisis finansial klub. "Waktu saya masih aktif bermain di daerah luar Jakarta, biasanya ada 3-4 pemain muda yang dilibatkan ditambah pemain yang punya utlity (multifungsi). Kombinasi pemain muda dan senior lokal bisa dibentuk dengan persiapan yang matang," kata Marwal, belum lama ini. Menurut Marwal, kebijakan Persija dengan menyertakan sejumlah pemain muda sudah cukup baik di musim 2015. Bahkan, tak sedikit pula yang akhirnya cemerlang bersama tim nasional Indonesia u23 di SEA Games Singapura 2015. Di antaranya ada Syaiful Indra Cahya, Abduh Lestaluhu, dan Vava Mario Yagalo. Manajemen Macan Kemayoran, lanjut Marwal, dapat mengadopsi sistem pembinaan yang dilakukan Bali United. Tim berjulukan Serdadu Tridatu itu terbukti mampu lolos ke babak perempat final Piala Presiden. Sayangnya, langkah tim asuhan Indra Sjafri itu harus terhenti di tangan Arema Cronus. Meski mampu mencuri gol lebih dulu di dua pertandingan tandang dan kandang, namun Bayu Gatra dkk harus takluk dengan agregat 3-5. "Seperti yang dilakukan Bali United (Pusam), pemainnya masih muda semua. Memang prestasinya nggak bagus saat ini untuk juara, tapi dua tahun kemudian pasti bakal menuai hasilnya," ujar pemain yang semasa aktif akrab disebut sebagai gelandang pengangkut air itu. Kendati demikian, Marwal menegaskan soal persiapan matang. Sebagus apapun komposisi pemain dalam satu klub tidak dipastikan tidak akan tampil maksimal jika tidak dibarengi persiapan matang. "Jangan harap bicara prestasi kalau tidak mempersipakan tim dengan matang di ajang apapun," ujar mantan asisten pelatih Pusamania Borneo FC itu.