Mati surinya kompetisi Liga Indonesia (LI) praktis menghancur leburkan rancangan bisnis yang digagas manajemen Persija Jakarta. Alhasil, situasi buruk ini membuat pengurus klub belum mampu melunasi hak tim. Masalahnya, mereka masih menunggak gaji pelatih dan pemain musim lalu dan upah kerja di turnamen Piala Presiden 2015.
“(Gaji) Belum ada yang dibayar lagi. Setelah permulaan kita ikut Piala Presiden baru dibayar 25 persen. Itu baru satu bulan dibayar. Jadi masih ada satu bulan lagi,” kata asisten pelatih Macan Kemayoran, Satia Bagdja Ijatna, Kamis (1/10) kemarin.
Awalnya sisa pelunasan uang balas jasa mengenai kontrak Piala Presiden itu terjadi sebulan setelah ikut turnamen yang dibuat oleh Mahaka Sports and Entertainment. Pembayarannya jatuh pada tanggal 18 karena anak didik Rahmad Darmawan mulai latihan Selasa (18/8). Artinya pembayaran akan dilakukan pada tanggal yang sama di bulan selanjutnya, namun pada (18/9) hal demikian malah tidak terjadi.
“(Gaji) Yang musim lalu juga belum semuanya dibayar. Waktu kita mau ke Piala Presiden cicilannya sudah dibayar satu kali yang mestinya dibayar empat kali,” tutur mantan asisiten juru latih tim nasional (Timnas) Indonesia itu.
Tercatat, tunggakan upah kerja musim lalu itu terjadi dari Januari hingga April 2015 pada Qatar National Bank (QNB) League. Sebelumnya, bos besar tim ibu kota Ferry Paulus juga menjelaskan bahwa per bulannya pelatih dan pemain akan dibayar sebanyak 25 persen. Sehingga perhitungannya nilai kontrak dibagi dua belas lalu dikali 25 persen.
“(Tunggakan gaji pelatih dan pemain musim lalu) Ya kira-kira kurang lebihnya segitu (masih tiga bulan lagi),” terang lulusan S2 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut.
Terlepas dari persoalan gaji, Satia Bagdja lagi-lagi menyampaikan belum ada kabar sama sekali terkait perkembangan tim. Bahkan rencana pemanggilan pemain pun juga tidak jelas kabar beritanya. Makanya dalam beberapa bulan ke depan ini klub berlambang Monas itu dalam kategori menganggur terhadap aktivitas latihan dan pertandingan.
“Ya kita tidak tahu. Kan pada saat selesai dari Piala Presiden kita tidak masuk dibilang dibubarkan. Ya sudah, mau bagaimana lagi,” penggambaran bekas asisten tim PON DKI Jaya
Minggu, 04 Oktober 2015
TUNGGAKAN GAJI PEMAIN PERSIJA PASCA DISANKSI FIFA
Mati surinya kompetisi Liga Indonesia (LI) praktis menghancur leburkan rancangan bisnis yang digagas manajemen Persija Jakarta. Alhasil, situasi buruk ini membuat pengurus klub belum mampu melunasi hak tim. Masalahnya, mereka masih menunggak gaji pelatih dan pemain musim lalu dan upah kerja di turnamen Piala Presiden 2015.
“(Gaji) Belum ada yang dibayar lagi. Setelah permulaan kita ikut Piala Presiden baru dibayar 25 persen. Itu baru satu bulan dibayar. Jadi masih ada satu bulan lagi,” kata asisten pelatih Macan Kemayoran, Satia Bagdja Ijatna, Kamis (1/10) kemarin.
Awalnya sisa pelunasan uang balas jasa mengenai kontrak Piala Presiden itu terjadi sebulan setelah ikut turnamen yang dibuat oleh Mahaka Sports and Entertainment. Pembayarannya jatuh pada tanggal 18 karena anak didik Rahmad Darmawan mulai latihan Selasa (18/8). Artinya pembayaran akan dilakukan pada tanggal yang sama di bulan selanjutnya, namun pada (18/9) hal demikian malah tidak terjadi.
“(Gaji) Yang musim lalu juga belum semuanya dibayar. Waktu kita mau ke Piala Presiden cicilannya sudah dibayar satu kali yang mestinya dibayar empat kali,” tutur mantan asisiten juru latih tim nasional (Timnas) Indonesia itu.
Tercatat, tunggakan upah kerja musim lalu itu terjadi dari Januari hingga April 2015 pada Qatar National Bank (QNB) League. Sebelumnya, bos besar tim ibu kota Ferry Paulus juga menjelaskan bahwa per bulannya pelatih dan pemain akan dibayar sebanyak 25 persen. Sehingga perhitungannya nilai kontrak dibagi dua belas lalu dikali 25 persen.
“(Tunggakan gaji pelatih dan pemain musim lalu) Ya kira-kira kurang lebihnya segitu (masih tiga bulan lagi),” terang lulusan S2 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut.
Terlepas dari persoalan gaji, Satia Bagdja lagi-lagi menyampaikan belum ada kabar sama sekali terkait perkembangan tim. Bahkan rencana pemanggilan pemain pun juga tidak jelas kabar beritanya. Makanya dalam beberapa bulan ke depan ini klub berlambang Monas itu dalam kategori menganggur terhadap aktivitas latihan dan pertandingan.
“Ya kita tidak tahu. Kan pada saat selesai dari Piala Presiden kita tidak masuk dibilang dibubarkan. Ya sudah, mau bagaimana lagi,” penggambaran bekas asisten tim PON DKI Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar